Search This Blog

11 December 2018

Pulang

Cuaca di Hong Kong makin tak menentu sama seperti cuaca hatiku. Dari hari ke hari aku seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Kehilangan arah, tak tahu harus kemana melangkah. Ah, entahlah....
Aku sedang bingung membuat keputusan. Sebuah keputusan yang tak mudah, ketika berada di titik nol. Semua serba membingungkan. Hidup memang penuh liku-liku, seperti jalan setapak di sebuah pegunungan yang penuh tanjakan yang mengharuskan kita merangkak dan memanjat tapi kemudian harus turun drastis dan berkelok-kelok seperti sebuah roller coster yang memacu andrenalin. Semua terasa berat namun ada kalanya disaat beada di tempat yang "berbahaya" pun aku menikmatinya. Semua indah jika kita benar-benar bisa menikmati situasi apapun itu. Begitulah manusia! Kadang sungguh menyebalkan!

Hari ini cuaca cukup cerah. Untuk menghilangkan suntuk, aku pergi hiking ke sebuah pulau kecil bagian Hong Kong. Aku belum pernah kesana sebelumnya dan merasa takjub ketika berada di sana. Sungguh indah, hutan pinus yang rindang dan hijau di kelilingi hamparan laut yang luas, langit biru dihiasi gumpalan awan putih membuatku betah berlama-lama walau aku sendirian. Aku duduk di sana memandang hamparan laut yang luas, mendengarkan debur ombak yang terdengar syahdu di telingaku. Dikeheningan dan semilir angin hutan pinus, anganku bekecamuk. Otak dan hatiku bertengkar dahsyat. Aku hanya terdiam dan sesekali berbisik lirih,"Tuhan...saya capek! please give me a break!"

Aku masih terdiam tapi hatiku riuh berbicara. Sebuah pertanyaan muncul di kepalaku,"inikah saat yang tepat?" Keputusan pulang ke Indonesia bukanlah hal mudah. Ada sebuah ketakutan yang akan memhantui dan membayangi kemanapun kaki melangkah.

Pulang, bukan perkara mudah ketika separuh hidupmu, kamu berada di negeri orang. Akan banyak pertanyaan dibenak kita. "Bisakah aku hidup di Indonesia?" "Apa yang bisa aku lakukan di Indonesia?" Dan masih banyak pertanyaan lain.
Tapi aku memang sudah merasa jengah hidup di Hong Kong. Saat aku kembali menoleh masa lalu, damn....why am i stuck here? I have to get out from this comfort zone! Harus!!

Entah mengapa tiba-tiba air mataku meleleh. Oh Tuhan, kenapa aku harus menangis? Tidak! aku tak boleh cengeng. Jika memang keputusan itu harusku ambil, semoga itu menjadi yang terbaik. Tuhan, kuatkan aku!
Aku tergugu pilu, meluapkan dan menumpahkan segala rasa pada alam semesta. Hatiku berkecamuk, aku terdiam, aku menangis.

Sayup-sayup aku mendengar seseorang berteriak lewat pengeras suara, rupanya aku tertidur. Aku belum sadar sepenuhnya, aku melihat jam tangan dan fuck! jam 3.30 sore. Aku bergegas membereskan ranselku. Aku tak mau terlambat sampai dermaga karena jam 4 tepat, ferry itu akan membawaku kembali ke Hong Kong. Walau itu bukan ferry terakhir tapi aku tak mau terlalu malam pulang. Setengah berlari aku menuju dermaga. Sambil ngos-ngosan aku masuk dalam antrian dan akhirnya melompat ke dalam ferry deck atas karena aku masih ingin menikmati hamparan laut yang biru dan melanjutkan mimpi.

Akhirnya setelah 45 menit terkatung-katung di atas ferry, aku sampai di hiruk pikuknya Hong Kong. Hari mulai gelap, lampu-lampu dari gedung pencakar langit mulai tampak kerlap kerlip menambah semarak suasana Hong Kong. Langkah kakiku terasa ringan menuju menuju halte bus. Aku menunggu bis yang akan membawaku pulang. Ya, keputusan itu telah aku ambil. Aku pulang! Aku harus pulang. Indonesia tunggu aku, i am comingggggg home!!!...



Fanling, 25 October 2017