Search This Blog

23 January 2012

Tradisi Tahun Baru China. (Angpao, Lopak Ko, Celana Dalam Merah)

Tumpukan cokelat dan biskuit di supermarket .
Hong Kong - Seminggu sebelum Tahun Baru China atau Imlek, sudah terasa dan terlihat kesibukan di sana sini. Pasar tradisional mau pun supermarket penuh dengan pernak pernik khas imlek. Beraneka macam makanan kecil tersedia. Dari permen, cokelat hingga aneka roti kering terlihat  menggunung di setiap supermarket. Acara bersih-bersih rumah pun tampak di setiap rumah warga Hong Kong. Tak beda jauh dengan persiapan saat lebaran umat islam di tanah air. Untuk urusan bersih-bersih rumah, sudah pasti menjadi urusan mbak-mbak buruh migran yang memang bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Maka, tak heran bila mereka mengeluh capek. Dan untuk membuang jenuh di antara kepenatan bekerja, biasanya mereka ber-haha..hihi di Facebook. Tak terkecuali aku, he he..


Untuk menambah keindahan, pasar bunga pun tak mau kalah. Bunga-bunga indah khas imlek bertebaran di setiap toko/pasar bunga. Terlihat di sudut rumah, pertokoan, mall dan perkantoran dihiasi berbagai bunga yang berwarna-warni. Hiasan yang ditempel mau pun digantung menambah semarak suasana imlek. Tak ketinggalan musik khas tahun baru China diputar di mana-mana. Bau dan debu hio menambah sakral suasana tahun baru China yang kali ini jatuh tepat di tahun naga.


Sehari menjelang Imlek, berhubung hari minggu maka aku tinggal liburan. Karena aku memang sudah terlalu capek seminggu sebelumnya. Aku bikin lopak ko, (sejenis makanan yang terbuat dari lopak atau wortel putih yang diparut) sendirian dan nyonyaku malah keluar makan malam bersama keluarga besarnya. Lopak ko atau pun Lin ko punya makna yang berarti mencapai tujuan yang lebih tinggi. Ini diambil dari kata Ko yang berati tinggi. Jadi lopak ko adalah menu wajib saat tahun baru China, yang berrati supaya tahun depan bisa mencapai suatu tujuan yang lebih tinggi. Untuk membikin lopak ko ini dibutuhkan kesabaran extra. Sudah bisa dipastikan seharian berkutat dengan wajan, sotil dan sebagainya. Bahkan mungkin hingga larut malam. Sabtu lalu, aku baru bisa beristirahat lewat tengah malam dan paginya pun aku masih mbangkong. He he....


Aneka pernak pernik khas imlek
Hari minggu lalu dan minggu kemarin, aku sengaja liburan dengan ndlesep-ndlesep di pasar tradisional untuk mencari objek gambar yang menarik. Di Wan Chai, North Point hingga Mongkok, aku membaurkan diri untuk sekedar mengamati keramaian dan persiapan orang-orang Hong Kong untuk merayakan imlek. Tak beda jauh dengan tradisi orang Indonesia. Lazimnya orang Hong Kong pun akan menyerbu toko baju yang sudah pasti ada diskon besar-besaran. Dan mereka juga gila-gilaan membelanjkan uang. Mereka akan memakai semua yang serba baru, dari baju hingga sepatu dan aksesoris lainnya. Bahkan sebagian orang Hong Kong juga akan mengganti perabotan rumah. Membuang yang lama dan menggantikannya dengan yang baru walau pun belum rusak.


Ada satu mitos yang dipercaya hingga sekarang, yaitu sesuatu yang berwarna merah. Misalkan saja, siapa pun yang memakai pakaian dalam berwarna merah, maka keberuntungan akan mengikutinya. Yang dimaksud keberuntungan adalah akan mendapat angpao/red pocket lebih banyak. Aku tersenyum saja, ketika nyonya memaksaku memakai CD dan Bra berwarna merah. Dalam hatiku aku bergumam, dari mana aku bisa dapat angpao lebih banyak, kalau aku hanya tinggal di rumah atau liburan bersama teman-teman BMI yang lain. Dulu, aku pernah punya pengalaman dapat angpao separuh dari gajiku sebulan, karena aku ikut keluarga besar yang tinggal bersama orang tua/kakek nenek yang biasanya akan banyak tamu berdatangan. Dan setiap tamu yang datang akan memberiku angpao atau lei si. Lha kalau ikut majikanku yang ini, walau aku pakai celana dalam double dan bra merah pun tak akan bertambah lei si-nya. Ha ha ha.... karena kedua majikan ku ini bukan anak mbarep semua. Jadi ketika tahun baru, mereka lah yang mengungsi ke rumah orangtuanya. So, rumah ini ga bakal ada tamu datang. Jiahhhh....
Beberapa perempuan sedang hunting "keberuntungan" he he..


Ada beberapa tradisi yang tak boleh dilanggar di hari pertama tahun baru China.  Di mulai dari malam tahun baru, satu jam sebelumnya harus segera mandi dengan air yang telah dicampur beberapa daun ilalang dan daun entah apa namanya (menurutku daun itu adalah daun jeruk bali), untuk membuang sial. Aku pun harus ikut-ikutan mandi dengan air tersebut dan aku tak boleh menolaknya. Tetapi tak mengapa kalau tujuannya baik, toh juga bukan sesuatu yang merugikanku. Dan pada pagi hari, tidak boleh menyapu lantai, tidak boleh mencuci baju dan harus makan vegetarian food sebagai makanan pembuka atau sarapan.  Kalau nekad melanggar, kata nyonyaku, keberuntungan tidak akan berpihak selama satu tahun ke depan.  Masih banyak tradisi unik dan menarik seputar perayaan tahun baru China. Tradisi adalah sebuah tradisi, boleh percaya boleh tidak. Entahlah....


Hari ini hari pertama tahun baru China, Hong Kong benar-benar beku. Cuaca amat sangat dingin mencapai 7 derajat. Nah! ini pun menjadi salah satu mitos keberuntungan. Katanya kalau pas imlek tidak disertai gerimis dan cuaca dingin, maka itu pun masuk kategori tidak beruntung. Jiahhhh...semua kok dijadikan mitos ya? ada-ada saja...
Berhubung cuaca amat sangat dingin, aku memilih mlungker saja di rumah dan ber-hah...hihi...di depan kotak ajaib. Ya wis, untuk kawan-kawan yang di Hong Kong saya mengucapkan Kong Xie Fat Choi, san dhai kin kong, hoi sam-sam taika....jangan lupa pakai celana dalam dan bra merah, biar dapat banyak angpao-nya yak..hehe..
Kalau liburan di luar rumah, pakai jaket yang cukup ya. Jaga kondisi badan, jangan pulang malam-malam.

17 January 2012

Komunikasi Masih Menjadi Kendala BMI HK (New Comer)

Sabtu (14/1) sore, aku bingung mau masak apa buat makan malam. Beruntung nyonya pulang dan bilang ga usah masak. Ku sambut dengan senyum lebar, selebar lapangan Victoria Park. He he he...
Nyonya bilang mau makan malam di rumah mama (mertuanya). Dalam hati aku senang dan membayangkan bisa leha-leha di rumah sendirian.  Sebelum pergi, dia menelpon mertuanya. Saya yang ada di dapur tak begitu jelas mendengar apa yang diomongkan nyonya, sampai akhirnya nyonya menghampiriku.

"Cece, nanti kamu ikut ya!"
"Ga usah, aku di rumah saja."
"Ikutlah, bantu aku menyelesaikan masalah. Mertuaku, darah tingginya kumat gara-gara pembantu baru itu."
Tak banyak tanya, akhirnya aku mengiyakan saja. Biasanya aku selalu menolak untuk ikut. Dan mereka tak pernah memaksa.Kemudian kami mempersiapkan diri, berangkat ke rumah nenek dengan perasaan khawatir. Aku menangkap kegugupan nyonyaku saat dalam perjalanan.

Tiba di rumah nenek, kami melihat ketegangan di sana. Pembantu baru (yang juga baru pertama aku lihat), sibuk menyiapkan makan malam di dapur. Sedangkan nenek duduk di sofa dengan muka masam. Nyonya mendekatiku dan berbisik menyuruhku menggantikan mbaknya yang lagi masak. Aku masuk dapur yang luar biasa sempitnya dan menyapa mbaknya.
"Masak apa mbak?"
Mbaknya yang masih muda, kira-kira berusia 21 tahun dan bernama Ami (aku tahu namanya, ketika nyonya memanggil dia untuk keluar dari dapur dan menyerahkan tugasnya padaku), menjelaskan sebentar kemudian keluar.

Selesai masak, mereka makan bersama sambil ngobrol santai. Aku yang memang tidak pernah makan malam, memilih keluar dan jalan-jalan di bawah apartemen. Karena nenek tidak suka melihat aku ga makan. Tetapi tak seorang pun berhak memaksaku makan. Entah apa yang terjadi selama aku tinggal keluar, satu jam setelah aku naik kembali, semua bermuka masam. Duh!!!

Nyonya memanggilku dan bilang padaku untuk mengajari Ami tentang apa pun (bahasa kantonis dan pekerjaan). Lho kok? Bukan kah dia sudah berpengalaman 2 tahun sebelumnya? Banyak pertanyaan dalam hati dan pikiran. Namun, aku simpan. Sedikit informasi dari nyonya, bahwa Ami terkendala masalah komunikasi dengan nenek. Ami tak paham apa yang diomongkan nenek, pun sebaliknya nenek juga tak paham maksud omongan Ami. Dari sinilah muncul konflik yang berujung misunderstand antara keduanya. Aku mulai paham kenapa nyonya membawaku ke rumah nenek. Kenapa nenek selalu kumat darah tingginya dan sering masuk rumah sakit belakangan ini.

Selama aku ngobrol sebentar dengan nyonya, diam-diam aku memperhatikan gerak tubuh Ami dan juga menyimak komunikasinya dengan nenek. Tersendat memang. Bahkan terkesan keduanya tak suka satu sama lain. Nenek akan lebih banyak ngobrol dan bercanda denganku dibanding dengan Ami yang memang khusus untuk menjaganya. Walau nyonya dan aku berusaha menjadi mediator, nenek tetap keukeuh menegaskan kalau dia tidak suka Ami. Ketika obrolan sedikit cair, aku dan nyonya berusaha memasukkan karakter Ami. Ajaib! Nenek dengan lancar mengeluh di depan kami. Dia bilang kalau Ami selalu pok choi atau membantah . Saat itu juga, kami konfirmasikan ke Ami, apa benar yang dikeluhkan nenek. Dan Ami pun membantah tidak.

Beberapa saat suasana kembali menegang. Nyonya pun sedikit terbawa emosi. Aku isyaratkan untuk rileks supaya tidak menambah runyam suasana. Nyonya menurut, menarik nafas berat sambil berlalu ke dapur mengambil air minum. Aku kemudian bertanya pada Ami, apakah dia benar-benar paham dengan apa yang diomongkan nenek atau pun nyonyaku ketika dia diajak ngobrol. Serta merta dia menjawab TIDAK. Oh, ternyata.....

Aku menyuruh nyonya untuk bertanya atau menyuruh Ami mengerjakan sesuatu. Nyonya kemudian meminta Ami mengambil lap kering. Tergesa dan dengan berlalu begitu saja tanpa menunggu nyonyaku selesai ngomong, Ami ke dapur. Kami menunggu di meja makan. Karena lama tak muncul, nyonya memanggil Ami keluar. Giliran aku bertanya," Ami, kamu ngerti ga, nyonya tadi ngomong apa?"
"Tidak mbak!"
"Lalu, kalau kamu ga ngerti kenapa kamu beranjak pergi? Kenapa kamu ga bilang saja belum paham?"
"Aku takut dimarahi! Dulu aku sering di marahi majikan yang lama ketika aku bekerja tidak cepat dan salah."
"Ami, kalau kamu ga tahu sebaiknya kamu bertanya dan mereka tidak akan marah. Tetapi, kalau kamu tidak tahu dan berpura-pura tahu, mereka malah akan marah. Kamu ga usah takut. Kamu harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Setiap keluarga itu punya kebiasaan yang berbeda."
"Iya mbak."

Kami bertiga (Aku, Nyonya, Ami) ngobrol panjang lebar. Peranku hanya men-translate obrolan Nyonya dan Ami. Selesai ngobrol dengan Ami, aku dan nyonya kemudian ngobrol dengan nenek. Dan juga panjang x lebar. Akhirnya kedua pihak paham dan  mengerti. Nenek mau mengerti kekurangan dan kelebihan Ami. Begitu pun Ami mau memahami nenek. Nenek dan Ami pun saling bersalaman. Berjanji saling mengerti dan memahami. Clear and deal!!

Kepalaku menoleh ke arah jam dinding. Wadauwww...jam 11 malam.Gila! mana rumahku jauh lagi. Rumah nenek masih berantakan, mangkok belum dicuci, lantai belum dipel. Nyonya ku paham, dia beranjak mengambil sapu kemudian menyapu sekaligus mengepel lantai. Sedang kan aku mencuci mangkok di dapur. Ami membantu nenek minum obat. Karena rumahnya yang kecil maka dalam sekejab pekerjaan selesai. Aku dan nyonya serta anak-anak berkemas untuk pulang ke rumah. Meninggalkan rumah nenek sudah lewat tengah malam.

Di tengah jalan, tiba-tiba nyonya berseru,"kita makan ice cream berempat yukkkk.....sambil me-rileks-kan otot sebentar."
"Aku ga ikut." jawabku spontan. Gila aja, dinginnya kaya es masih mau makan es krim.
"Ikutlah, enak lhoh...this is very famous place you know." Nyonya merayu dan kedua momonganku pun menambahi,"Cece, ada es krim rasa kopi, pasti kamu suka." sambil menarik-narik tanganku.
Akhirnya aku mengalah, makan es krim semangkok berempat. Selesai makan es krim, kami pulang. Nyampe rumah hampir jam 1.30 dini hari. Edyan! batinku. Bergegas aku mandi, kemudian  masuk kamar, karena kecape'an, wis  langsung bleg sek. Zzzzzz....zzzz....

05 January 2012

KECEWA yang berbuah MANIS

Tadi pagi, begitu melek byar, aku melihat duit di samping kiriku di atas komputer. Rupanya nyonya, diam-diam meletakkan duit gajianku di atas komputer. Tidak hanya duit gajian tapi juga lengkap dengan kalender 2012. Begitu melihat warnanya, wowww.....kesukaanku, ijooooooo.....
Wis, mataku langsung melek byar weruh duit, tambah ijo pisan weruh rupa ijo....ha ha...komplit..plit...
Rasa amarah semalam, langsung menguap. he he....
(Mungkin Nyonya sedang menghiburku untuk menebus rasa bersalahnya.)

Keluar dari kamar, bukannya ke kamar mandi trus gosok gigi tapi melongok kamar momonganku. Dua-duanya masih tidur nyenyak. Aku mencari nyonya yang telah bangun lebih awal. Tak ku temukan dia, entah di mana. Aku longok setiap sudut kamar sampai dapur, tak ada juga. Jogging, mungkin saja, pikirku. Maka, aku pun ke kamar mandi. Begitu keluar, ku dapati nyonya kemluthik bikin kopi. Untuknya dan untukku juga. ehmmm....betapa baik hatinya nyonya ku ini, kataku dalam hati. (Dan ini salah satu alasan, kenapa aku mau menandatangani kontrak lagi dengannya 2 hari  yang lalu.)

Sambil meringis, aku menyapa dia sebiasa mungkin dengan menekan rasa mangkel di dada," Cou san! Nyonya, yang di atas komputer itu duit buatku yah?"
"Iya. So mui....nih, kopimu cepet diminum!"
"He he he....tengkiyu  untuk gaji dan kopinya ya nyah..." tersenyum, sambil lalu.
Tiga langkah meninggalkanku, nyonya balik lagi dan memelukku sambil berucap," Yani, maafkan aku ya, semalam memarahimu. Aku lagi stress banget sampai aku pun tak bisa tidur dengan tenang. Maka, pagi ini aku bangun lebih awal darimu. Kamu memaafkan aku kan?"
Aku mengangguk tanpa kata. Ya, sudahlah. Toh, nyonya juga sudah minta maaf. Dan itu yang aku suka dari nyonya, dia tak segan meminta maaf padaku atau pada siapa saja. Jujur saja aku kecewa dengan sikap nyonya semalam, malah boleh dibilang aku nggondok banget. Bagaimana tidak? nyonya tiba-tiba saja ngamuk tanpa sebab padaku dan terjadi di tengah malam. Tentu, aku pun ingin melampiaskan balik amarahku padanya. Karena aku juga manusia biasa yang punya emosi tapi aku tak mampu melakukannya. Dia terlalu baik untuk ku sakiti. Maka, aku pun melawan hatiku sendiri dan meluapkan amarah dalam tangis semalam. Selalu begitu. Huhhhh!!!

Pagi ini begitu beku karena suhu udara mencapai 8 derajat celcius, hingga kopi panas pun tak terasa. Segera ku reguk habis secangkir kopiku. Menengok jam, melesat ke kamar Sailo, membangunkannya. Beberapa menit kemudian, siap berangkat ke sekolah. Tak seperti biasa, nyonyaku nginthil mengantarkan sailo sampai gerbang sekolah. Mencium, memeluknya, membisikkan sesuatu," Sailo, mommy fan kung. Lei kwai la ha, deng cece hwa. Mo yai-yai. Cece hou sek lei a.Yu guo emhai, cece cau ka lah. Okey, bye-bye...see you tonight.
Sailo mengangguk lalu beralih memelukku seraya berkata," bye-bye cece...." kemudian berlari masuk.

Dalam perjalanan sekembalinya dari sekolah Sailo, aku dan nyonya diam tak banyak kata. Sampai di persimpangan jalan, sebelum say good bye, nyonya bertanya," Cece, lei mo ye le ma?" 
Aku tersenyum sambil menggelengkan kepala.
"Take it easy, okey! see you tonight. Bye-bye...." Nyonya melambaikan tangan sambil berlalu pergi.

Aku terpaku memandangi nyonya di ujung jalan sampai dia menghilang. Dalam hati aku bersyukur, betapa beruntungnya aku memiliki majikan yang baik hati. Sedangkan banyak teman BMI yang terlunta-lunta karena memiliki majikan yang jahat. Berdoa yang terbaik untuk kawan-kawanku semua. Semoga selalu sabar dan tawakal. Dulu aku juga pernah tertindas tapi percayalah di balik kekecewaan pasti ada moment manis suatu hari nanti. Tetap semangat!

Aku berjalan pulang, ngopi lagi sambil pesbukan sebentar. Ya, wis saiki ngepel sik ya........



Cou san : Selamat Pagi
So mui :
Sai Lo : Panggilan kepada anak laki-laki kecil seperti dalam bahasa jawa thole
Sai lo, mummy fankung, lei kwai la ha, deng cece hwa. Mo yai-yai, Cece hou sek lei a.Yu guo emhai cece cau ka lah : Adik kecil, mami kerja, kamu jadilah anak pintar, dengarkan kata-kata mbak. Jangan nakal, mbak sayang kamu, kalau kamu nakal, mbak akan pergi (pulang).
Cece, lei mo ye le ma? : Mbak, kamu baik-baik saja kan?